Teman Seperjalanan di Ketinggian 30.000 Kaki
Ada sebuah ruang yang aneh di dunia modern: kabin pesawat. Sebuah “non-tempat” yang menjebakmu di antara keberangkatan dan tujuan. Di ruang inilah, di atas sebuah meja lipat yang sempit, kita sering menata altar kecil kita. Pilihan benda-benda esensial untuk melewati perjalanan. Foto dari @pgandina ini adalah sebuah altar yang sempurna.
Segelas kopi dingin. Sebuah pena yang andal. Dan sebuah jurnal kulit yang siap menampung semua pikiran yang hanya muncul saat kita melayang di atas awan.
Sebuah Ruang Pribadi di Tengah Keramaian
Lihatlah komposisinya. Di sebelah kain dengan corak tradisional yang memberikan sentuhan personal, jurnal kami tidak hanya duduk di sana. Ia menjadi pusat dari dunia kecil ini. Kombinasi kulit hitam dan cokelatnya yang kontras, diikat dengan simpul yang aman, adalah sebuah janji ketenangan di tengah deru mesin.
Aku ngerasa, ini bukan tentang mengisi waktu. Ini adalah tentang *menggunakan* waktu. Waktu yang biasanya terbuang untuk menunggu, diubah menjadi sebuah kesempatan untuk berpikir, merenung, dan merencanakan. Jurnal ini adalah alat untuk itu.
Dibuat untuk Perjalanan
Sebuah jurnal perjalanan harus tangguh. Ia akan dilempar ke dalam tas, tertekan di antara barang-barang lain, dan dibuka di tempat-tempat yang tidak terduga. Desain kami—kulit yang tebal, jahitan tangan yang kuat, dan pengikat yang sederhana namun efektif—lahir dari kebutuhan itu.
Ini bukan benda ringkih yang hanya bisa ditaruh di atas meja. Ini adalah teman seperjalanan yang bisa diandalkan. Siap untuk menemanimu dari satu bandara ke bandara lain, dari satu ide ke ide berikutnya.
Di antara lepas landas dan mendarat, ada sebuah ruang kosong. Di sanalah perjalanan yang sesungguhnya terjadi.
Melihat karya kami menjadi bagian dari ritual perjalanan seseorang adalah sebuah kehormatan. Itu artinya, kami telah berhasil menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar buku catatan. Kami telah menciptakan sebuah jangkar.
Petualanganmu berikutnya sudah menanti. Siapkan teman seperjalananmu.
