@ismiaz

Aroma yang Menjadi Legenda: Kisah di Balik Seri KAVA Pertama

Setiap pengrajin punya satu eksperimen yang menentukan segalanya. Satu ide gila yang, jika berhasil, akan mendefinisikan ulang apa yang mungkin mereka lakukan. Bagi kami, eksperimen itu bernama Seri KAVA. Dan foto dari Ismi (@ismiaz) ini bukan sekadar gambar jurnal. Ini adalah sepotong sejarah.

Ismi adalah salah satu pemilik pertama dari Seri KAVA. Salah satu orang pertama yang percaya pada sebuah ide radikal: bisakah sebuah buku catatan memiliki aroma kopi yang alami dan tahan lama, bukan sebagai gimmick, tapi sebagai bagian dari jiwanya?

Rahasia di Balik Wangi Kopi

Jawabannya tidak sederhana. Ini bukan parfum yang disemprotkan. Ini adalah sebuah obsesi. Kami mengembangkan metode yang kami sebut “pulveres”—mengaplikasikan bubuk kopi murni langsung ke tulang buku yang dijahit, membiarkan aromanya menyatu dengan serat kulit. Itu belum cukup.

Kertasnya sendiri kami rendam—diinfus dalam bak berisi larutan kopi selama tiga minggu. Tiga. Minggu. Di dunia yang menuntut kecepatan, kami memilih kesabaran. Kami ingin aromanya menjadi bagian dari DNA buku itu sendiri, bukan lapisan luar yang tipis.

Dan Kemudian, Banjir Itu Datang

Kami meluncurkan Seri KAVA dengan jantung berdebar. Apakah orang akan mengerti? Apakah mereka akan menghargai proses yang lambat ini? Jawabannya datang seperti banjir. Kami kebanjiran pesanan. Puluhan buah. Untuk sebuah workshop kecil, itu adalah sebuah fenomena.

Orang-orang seperti Ismi, para ‘early adopter’ itu, membuktikan bahwa insting kami benar. Bahwa ada kerinduan akan produk yang melibatkan lebih dari satu indera. Produk yang memiliki cerita bahkan sebelum kamu menulis ceritamu sendiri di dalamnya.

Sebuah buku yang tidak hanya menyimpan ceritamu, tapi juga membisikkan ceritanya sendiri setiap kali kamu membukanya.

Jurnal KAVA di tangan Ismi ini adalah sebuah monumen. Monumen dari sebuah ide gila, dari sebuah proses yang sabar, dan dari sebuah komunitas yang siap untuk menyambut sesuatu yang benar-benar baru. Terima kasih telah menjadi yang pertama, Ismi.

Ingin menjadi bagian dari eksperimen kami selanjutnya? Mari kita ciptakan sesuatu yang tak terlupakan bersama.

Next Post

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?