Hari ini, kami merayakan sesuatu yang tampak sederhana—selembar sertifikat digital—namun menyimpan perjalanan pengetahuan yang tidak sebentar. Ibrahim Anwar, pendiri Hibrkraft, baru saja menyelesaikan kursus Painting with Natural Pigments selama 5 jam secara daring. Bukan untuk gelar. Bukan untuk publikasi. Tapi demi memahami sesuatu yang sangat dekat dengan ruh dari Hibrkraft: warna.

Kenapa belajar tentang pigmen alami?
Karena warna bukan sekadar estetika. Ia adalah jejak waktu, narasi budaya, dan manifestasi niat. Di Hibrkraft, kami percaya bahwa setiap warna yang muncul di atas kertas, kulit, atau kain punya asal usul, dan penting bagi kami untuk mengenal asal usul itu.
Tahukah kamu bahwa carmine merah berasal dari serangga yang dihancurkan? Atau bahwa biru ultramarine dulunya lebih mahal dari emas karena ditambang dari batu lapis lazuli di Afganistan? Ini bukan hanya trivia; ini adalah warisan dunia—dan sebagai pengrajin, kami adalah bagian dari rantai panjang peradaban itu.
Apa yang dipelajari?
Melalui kursus ini, kami mempelajari dasar-dasar penting seperti:
Perbedaan antara pigmen alami dan sintetis
Sejarah penggunaan warna tanah sejak lukisan gua
Komposisi cat: pigmen, binder, dan pelarut
Teknik kuno seperti egg tempera dan glue dari kulit kelinci
Evolusi teknik dari lukisan gua hingga zaman Flemish
Menariknya, seluruh materi dirangkum dalam kuis yang berhasil dijawab sempurna—10 dari 10. Tapi lebih dari nilai, pencapaian ini mengukuhkan satu hal: bahwa kerajinan tangan tidak pernah berhenti belajar. Kita selalu bisa menggali lebih dalam, bahkan untuk sesuatu yang tampaknya “hanya warna.”
Apa artinya bagi Hibrkraft?
Kami akan membawa pengetahuan ini ke banyak aspek:
Dalam pilihan warna kulit untuk agenda dan jurnal.
Dalam proses restorasi buku yang menuntut kepekaan terhadap warna asli.
Dan dalam produk-produk baru yang mungkin suatu hari nanti memakai pigmen alami sebagai bentuk keberlanjutan dan estetika mendalam.
Ini bukan akhir, tapi titik pijak berikutnya. Karena setiap warna punya cerita, dan kami ingin menuliskannya—bersama kamu.