W. Ross Ashby dan 7.000 Halaman yang Mengubah Cara Kita Berpikir Tentang Sistem
Intip 7.000 halaman jurnal W. Ross Ashby di ashby.info—catatan tangan yang mengubah cara kita memahami sistem, logika, dan ide besar.
Home » Tentang Buku Catatan  »  Famous Journal  »  W. Ross Ashby dan 7.000 Halaman yang Mengubah Cara Kita Berpikir Tentang Sistem

Kamu datang ke sini bukan untuk teori besar. Tapi buat satu hal sederhana: lihat isi jurnal seseorang. Yang nyata. Yang ditulis tangan. Kamu pengin tahu gimana rasanya masuk ke kepala seorang jenius—lewat goresan pena, sketsa mentah, dan diagram yang belum dibereskan. Di ashby.info, kamu bisa mengintip 7.000 halaman catatan asli W. Ross Ashby, seorang bapak cybernetics. Dan kamu akan sadar: ilham sering lahir bukan dari rapihnya ide, tapi dari berantakannya proses.

Ross Ashby Journal Spines

Lihat foto asli dan scan seluruh buku catatan beliau disini: https://ashby.info/ 

Siapa Itu W. Ross Ashby?

W. Ross Ashby bukan hanya seorang psikiater dan pemikir sistem. Ia adalah salah satu nama paling awal dan berpengaruh dalam kelahiran cybernetics—ilmu yang berusaha memahami sistem, kontrol, dan komunikasi baik dalam mesin maupun makhluk hidup. Tapi kalau kamu hanya melihatnya sebagai penemu teori homeostasis atau law of requisite variety, kamu akan kehilangan sesuatu yang jauh lebih penting: cara berpikirnya.

Pikiran Ashby adalah taman bermain konseptual. Ia menulis bukan untuk menjelaskan dunia seperti apa adanya, tapi untuk mengerti bagaimana dunia bisa dipahami. Baginya, pengetahuan bukan sesuatu yang dikumpulkan. Tapi sesuatu yang dibentuk—melalui eksperimen mental, model imajinatif, dan catatan yang tidak pernah berhenti menginterogasi dirinya sendiri. Dan di situlah letak warisannya yang paling abadi.

Banyak ilmuwan menulis kesimpulan. Ashby menulis pertanyaan. Ketika orang lain mencoba mematenkan jawaban, ia malah membongkar ulang premis dasarnya. Di setiap halaman jurnalnya, kamu bisa melihat benih keraguan dan keingintahuan tumbuh bersisian. Ia tidak takut salah. Tidak takut berulang. Ia hanya takut tidak berpikir.

Pikirannya adalah sistem yang berpikir tentang sistem. Dan ini bukan sekadar permainan kata. Dalam jurnal-jurnalnya, kamu bisa menyaksikan sebuah bentuk pemikiran yang tidak linier, tidak memaksa kesimpulan, tapi sabar menguji asumsi. Ia menggunakan tangan dan pena seperti sensor untuk menguji keutuhan ide.

Makanya, warisan Ashby bukan teori yang dibingkai dalam buku. Tapi cara melihat dunia sebagai sistem yang hidup, dinamis, dan terus berubah. Ia meninggalkan kita bukan hanya rumus, tapi juga proses. Sebuah undangan untuk menulis, berpikir, dan hidup dengan cara yang lebih sadar.

Dan kalau kamu bertanya, kenapa cara berpikirnya yang lebih penting dari temuannya? Karena temuan bisa usang. Tapi cara berpikir bisa diwariskan. Dan Ashby telah meninggalkan 7.000 halaman cara berpikir yang bisa kita baca, tiru, dan teruskan.

Ross Ashby Keyword Index Card

Koleksi Jurnalnya: Berantakan, Tapi Sakral

Koleksi jurnal W. Ross Ashby adalah jejak langkah pemikiran yang ditulis dengan tinta dan waktu. Ia tidak membuat satu buku tebal berjudul 'Teori Ashby tentang Sistem'. Ia menulis 25 buku catatan. Satu per satu. Halaman demi halaman. Totalnya? 7.189 halaman yang kini bisa kamu lihat langsung—discan dengan resolusi tinggi dan ditampilkan utuh di ashby.info.

Dan bukan sekadar catatan rapi. Ini jurnal mentah. Penuh coretan, panah berulang, diagram melingkar, bahkan catatan yang setengah selesai. Di dalamnya ada sketsa sistem biologis, model logika feedback, hingga perenungan tentang kesadaran manusia dan mesin. Kamu bisa menemukan satu ide diulang tujuh kali dalam konteks berbeda. Atau satu premis yang ditulis, lalu langsung dicoret karena 'terlalu lemah untuk diuji'.

Notebook 1 adalah awal segalanya. Ditulis saat Ashby masih menyusun pemahamannya tentang sistem saraf dan dinamika makhluk hidup, kamu akan melihat ia belum sepenuhnya percaya pada intuisi awalnya. Tapi justru itu yang bikin Notebook 1 jadi penting—di sanalah keraguan pertama kali dilatih jadi pemikiran yang sistematis.

Sedangkan Notebook 153, salah satu yang paling banyak disorot, menunjukkan versi matang dari pemikiran Ashby. Di sana ia memvisualisasikan sistem adaptif kompleks yang menjadi cikal bakal Law of Requisite Variety. Ada ilustrasi mesin hipotetik, interaksi antar komponen, dan percobaan terhadap gagasan stabilitas dalam sistem terbuka.

Kalau kamu pernah berpikir bahwa ide besar lahir dalam satu kilatan cahaya, jurnal Ashby akan membuatmu berpikir ulang. Ia menunjukkan bahwa ide besar itu tumbuh perlahan. Berantakan. Lambat. Tapi konsisten. Dalam banyak halaman, kamu akan menemukan pertanyaan yang ditulis ulang dalam bentuk berbeda. Seolah ia terus bertanya: "Apakah ini masih masuk akal jika sistemnya hidup?" atau "Bagaimana umpan balik ini berubah jika kita tambahkan keterlambatan?"

Dan itu belum bicara tentang bentuknya. Banyak halaman memuat skema yang menyaingi diagram sistem modern. Tapi semuanya digambar tangan. Tidak ada software. Hanya pena, penggaris, dan keingintahuan yang keras kepala. Ia menulis seperti orang yang tidak takut salah—karena tahu bahwa pemikiran sejati lahir dari revisi.

Bagi peneliti, koleksi ini adalah tambang emas. Tapi bagi penulis, perancang, atau siapa pun yang sedang mencari arah, ini bisa jadi cermin. Karena bukan hanya isi jurnalnya yang penting. Tapi cara Ashby memperlakukan proses berpikirnya: serius, tekun, dan tidak dipamerkan. Kamu bisa merasa seolah sedang duduk di sampingnya, mengamati ia menguji hipotesis yang belum tentu akan digunakan.

Jadi kalau kamu membuka satu halaman di ashby.info, jangan cari jawaban. Cari ketekunan. Karena di sinilah ide hidup, tumbuh, dan kadang—gagal. Tapi dicatat juga.

Itulah kenapa koleksi jurnal ini sakral. Bukan karena isinya tak terbantahkan. Tapi karena ia jujur memperlihatkan isi kepala seorang manusia, dengan segala kebingungan, percikan, dan ulangannya. Dan buat siapa pun yang pernah merasa tersesat dalam proses berpikir: halaman-halaman ini akan membuatmu merasa tidak sendirian.

Kenapa Ini Jadi Salah Satu Jurnal Paling Berpengaruh?

Apa yang membuat kumpulan jurnal seorang pria Inggris yang tampak pendiam dan tidak bombastis ini menjadi begitu penting? Jawabannya tidak bisa dipisahkan dari bagaimana dunia memetakan ulang cara berpikir tentang sistem, informasi, dan kontrol sepanjang abad ke-20. Dan Ashby bukan hanya bagian dari gelombang itu—ia adalah arus bawahnya.

Pertama-tama, jurnal Ashby adalah bahan mentah dari fondasi cybernetics, dan lebih jauh lagi, artificial intelligence. Banyak peneliti AI awal—termasuk John McCarthy dan Norbert Wiener—mengacu pada prinsip-prinsip dasar seperti homeostasis dan adaptive stability yang dipikirkan secara mendalam dalam catatan Ashby. Konsep seperti self-regulation, feedback adaptation, dan error correction di dalam sistem cerdas—semuanya bisa ditelusuri kembali ke halaman-halaman jurnal yang ia tulis tanpa audiens.

Dalam konteks sistem adaptif, terutama dalam desain sistem komputer yang belajar dari input eksternal, pemikiran Ashby memberikan fondasi konseptual tentang mengapa sistem perlu memiliki variety yang setara dengan kompleksitas lingkungannya. Inilah yang ia rumuskan sebagai Law of Requisite Variety. Prinsip ini kini digunakan dalam segala hal mulai dari algoritma machine learning, strategi resilien dalam manajemen bencana, sampai pemrograman sistem otonom dalam robotika.

Koleksi Cover Note Book Ross Ashby

Tapi pengaruh Ashby tidak berhenti di mesin. Ia juga menyusupi ranah psikologi sistem dan terapi keluarga. Beberapa terapis terkemuka di tahun 70-an, seperti Salvador Minuchin dan Virginia Satir, membentuk pendekatan sistemik mereka dengan mengacu pada prinsip bahwa dinamika dalam keluarga menyerupai sistem terbuka yang harus diseimbangkan, bukan dikontrol secara satu arah. Lagi-lagi, pemikiran ini punya akar di jurnal Ashby: sistem sosial adalah sistem hidup, dan ketidakseimbangan bukan selalu penyakit, tapi sinyal adaptasi.

Di dunia industri dan rekayasa, jurnal ini juga memberikan kontribusi yang tidak bisa disepelekan. Dalam pengembangan control systems dan systems engineering, ide tentang variety engineering dan stabilitas dinamis membantu para insinyur membangun sistem kendali adaptif untuk pabrik, pesawat terbang, dan infrastruktur cerdas. Banyak prinsip lean manufacturing dan Six Sigma tanpa sadar mengadopsi prinsip pengaturan keseimbangan yang sudah pernah diuraikan Ashby di halaman-halamannya.

Lalu ada Gregory Bateson, tokoh interdisipliner yang menjembatani antropologi, psikologi, dan biologi. Dalam bukunya Steps to an Ecology of Mind, Bateson mengambil banyak inspirasi dari jurnal Ashby. Ia menyebutnya sebagai "contoh pemikiran sistemik yang tidak memisahkan logika dari manusia." Bateson menyerap pendekatan Ashby tentang pola, diferensiasi, dan hubungan antara ide-ide dalam sistem sosial untuk menjelaskan bagaimana budaya berkembang dan bagaimana manusia merespons perubahan lingkungan.

Kemudian muncullah Stafford Beer—ahli management cybernetics—yang tidak hanya membaca jurnal Ashby, tapi menggunakannya sebagai fondasi modelnya sendiri: Viable System Model (VSM). Dalam pengembangan sistem manajerial yang bisa bertahan dalam perubahan lingkungan ekstrem, Beer merujuk pada struktur sistem adaptif Ashby sebagai kunci. Menurutnya, jurnal Ashby bukan sekadar referensi akademik. Itu adalah cetak biru.

Tapi lebih dari semua nama besar itu, pengaruh jurnal Ashby juga hadir dalam cara kita berbicara tentang sistem saat ini. Kita hidup di dunia penuh interkoneksi: dari supply chain global, sampai interaksi sosial di media digital. Konsep complexity, interdependence, dan feedback bukan lagi bahasa teknikal. Ia menjadi bahasa sehari-hari. Dan Ashby—melalui jurnalnya—adalah salah satu yang menanam bibit bahasa itu.

British Library sadar akan signifikansi ini. Mereka tidak hanya mengarsipkan jurnal Ashby sebagai dokumentasi sejarah. Mereka menganggapnya sebagai warisan budaya dan intelektual yang patut dipamerkan. Karena jurnal ini bukan cuma berisi isi kepala Ashby. Ia adalah representasi sebuah era di mana berpikir mendalam masih menjadi bentuk tertinggi perlawanan terhadap kesementaraan.

Bahkan di abad ke-21, jurnal akademik seperti Cybernetics & Human Knowing masih mengutip dan menerbitkan analisis terhadap isi jurnal Ashby. Beberapa edisi khusus didedikasikan untuk membongkar—halaman demi halaman—bagaimana Ashby menuliskan teori sebelum ia menjadi teori.

Inilah kenapa jurnal Ashby sangat berpengaruh: bukan karena ia menyampaikan jawaban, tapi karena ia menuliskan proses pencarian dengan keterbukaan dan kesabaran radikal. Siapa pun yang pernah berpikir serius tahu betapa langkanya itu.

Apa yang Bisa Kamu Pelajari dari Cara Ashby Menulis?

W. Ross Ashby tidak menulis untuk dibaca. Ia menulis untuk berpikir. Dan ini bukan hanya soal isi, tapi soal bentuk. Setiap goresan penanya adalah bagian dari proses, bukan sekadar hasil akhir. Buat Ashby, menulis tangan bukan aktivitas perekaman—ia adalah aktivitas kognitif. Cara untuk berpikir dengan tubuh.

Ketika kamu membaca jurnalnya, kamu akan melihat bahwa tulisannya tidak rapi. Kadang ia menyelipkan angka, diagram, dan sketsa dalam satu halaman. Kadang, ia mengulang ide yang sama dengan pendekatan yang berbeda. Tapi justru dalam kekacauan itu, kamu bisa melihat sistem berpikir yang tidak terjebak dalam linieritas.

Ashby menulis secara non-linear karena pikirannya bekerja seperti sistem dinamis. Ia sering kembali ke ide lama dan mengujinya dengan variabel baru. Ini bukan regresi. Ini iterasi. Dan dari iterasi itulah lahir kejelasan. Jadi kalau kamu merasa pikiranmu acak saat menulis jurnal, mungkin kamu sedang berpikir dengan cara yang sama dengan Ashby.

Salah satu ciri paling khas dalam cara Ashby menulis adalah pengulangan yang disengaja. Ia tidak takut menuliskan ide yang sama berkali-kali. Karena bagi Ashby, proses berpikir tidak berhenti pada satu formulasi. Ia tahu bahwa kompleksitas perlu waktu untuk dijinakkan. Dan pengulangan bukan kebosanan—tapi alat kalibrasi.

Jurnal-jurnal itu juga menjadi laboratorium eksperimental. Ia menuliskan hipotesis, lalu mengujinya bukan dengan eksperimen laboratorium langsung, tapi dengan model mental, logika simbolik, dan struktur sistem yang ia bayangkan. Setiap halaman seperti simulasi kecil. Sebuah sistem hipotetik yang hanya hidup di atas kertas.

Yang membuat ini istimewa adalah kejujurannya. Ia tidak menyembunyikan kebingungan, kegagalan logika, atau kekosongan pemahaman. Semuanya ditulis. Dicatat. Dijaga. Karena baginya, pemikiran itu bukan hasil akhir, tapi proses yang perlu dilestarikan.

Mungkin kamu bertanya: apa pentingnya ini buatmu? Kalau kamu penulis, perancang sistem, pelajar, atau sekadar seseorang yang sedang bingung dengan hidup—cara Ashby menulis bisa jadi cermin. Ia menunjukkan bahwa menulis tangan adalah cara untuk membiarkan pikiranmu berjalan, menyimpang, dan kembali. Bahwa tidak semua harus indah. Tidak semua harus selesai. Tapi semuanya harus jujur.

Ingin Mulai Bikin Jurnal Seperti Ashby?

Kalau kamu merasa terinspirasi, kamu bisa mulai sekarang. Tapi bukan dengan niat meniru gaya Ashby. Yang penting adalah niatnya: menulis sebagai proses berpikir, bukan untuk dibaca.

Tulislah setiap hari. Bahkan kalau hanya satu baris. Jangan menilai tulisannya. Jangan pikirkan pembaca. Jangan edit. Biarkan saja keluar, seperti aliran air yang membawa serpihan pikiran.

Jangan takut acak. Jangan takut jelek. Kalau kamu mengulang ide yang sama, biarkan. Justru di situlah kamu sedang menguji fondasi pikiranmu sendiri. Dan kalau kamu bosan dengan satu halaman, lompat saja ke halaman lain. Pikiranmu tidak wajib mematuhi urutan.

Gunakan alat yang membuatmu betah. Jurnal kulit dengan tekstur yang kamu suka. Pena yang enak digenggam. Meja yang membuatmu nyaman. Ritual kecil ini bukan soal estetika. Tapi soal mengajak tubuh ikut berpikir.

Dan kalau kamu butuh rekomendasi, kami membuat jurnal yang mungkin cocok: https://hibrkraft.com. Dibuat untuk orang-orang yang berpikir dengan tangan. Seperti kamu. Seperti Ashby. Lebih dari segalanya, menulislah untuk mengenal pikiranmu sendiri. Karena seperti Ashby tunjukkan—proses itu tidak hanya untuk menemukan jawaban. Tapi untuk tetap waras di tengah kompleksitas hidup yang terus berubah.

Lihat halaman-halaman itu. Penuh coretan. Penuh ragu. Penuh kejujuran. Lalu bayangkan: Kalau kamu mati besok,
apa yang akan ditemukan orang dari tulisanmu? Tulisan Ashby bukan buat pamer. Tapi karena ia menulis—dunia berubah. Dan mungkin, kamu juga bisa.

Referensi