Humphry Davy dan Buku Catatannya: Ilmuwan yang Menulis Seperti Penyair
Catatan Humphry Davy bukan hanya eksperimen ilmiah, tapi juga puisi, renungan, dan peta pikiran yang belum selesai ditutup.
Home » Tentang Buku Catatan  »  Famous Journal  »  Humphry Davy dan Buku Catatannya: Ilmuwan yang Menulis Seperti Penyair

Sebagian orang meninggalkan monumen. Sebagian lagi meninggalkan buku catatan. Kalau kamu ingin memahami bagaimana seseorang berpikir, jangan lihat gelarnya atau medali yang ia terima. Lihatlah apa yang ia tulis saat tak ada yang memperhatikan. Lihat coretannya, puisi yang belum selesai, catatan pinggir di antara percobaan. Buku catatan Humphry Davy bukan sekadar rekaman percobaan kimia; itu adalah peta dari pikiran yang gelisah dan terus mencari. Di antara tujuh puluh lebih buku catatannya yang masih bertahan, kita tidak hanya melihat sains yang sedang dikerjakan. Kita melihat seorang manusia yang mencoba menangkap bentuk dari pikiran itu sendiri.

Dari Penzance ke Pusat Dunia Sains

Lahir di kota pesisir Penzance pada tahun 1778, Davy tidak berasal dari keluarga ilmuwan. Tak ada aula marmer. Tak ada status turun-temurun. Yang ia miliki adalah rasa ingin tahu, dan keberuntungan bertemu mentor yang percaya pada keingintahuan. Teman-teman seperti Tom Wedgwood dan Gregory Watt mendorong minatnya terhadap kimia, geologi, dan puisi—ya, semuanya sekaligus. Banyak ilmuwan abad ke-19 memulai dengan rasa takjub yang luas sebelum akhirnya memilih spesialisasi. Davy tidak pernah benar-benar menyempitkan pandangannya.

Salah satu buku catatan tertuanya, bertanggal sekitar 1798, berisi surat yang mengkritik sekte dan filsafat religius. Di situ sudah terlihat pikirannya yang menolak dogma—baik yang religius maupun ilmiah. Penolakan ini justru membawanya ke posisi di Medical Pneumatic Institution di Bristol. Di sana, ia tidak hanya berteori, tapi juga menghirup gas yang ia teliti dan mencatat efeknya.

Gagasan yang Meledak: Nitrous Oksida, Listrik, dan Unsur Baru

Davy bukan orang yang bermain aman. Di Bristol, ia menjadikan dirinya objek percobaan. Ia menguji gas bukan hanya dengan alat, tapi dengan tubuhnya. Dalam satu percobaan, ia nyaris kehabisan napas. Tapi catatannya bukan catatan klinis. Ia menggambarkan sensasi, transformasi, pengalaman tubuh secara menyeluruh. Karyanya tentang nitrous oksida memberinya ketenaran awal, tapi itu baru permulaan.

Tahun 1801, ia bergabung dengan Royal Institution di London. Di tahun yang sama, ia mulai meneliti alat baru ciptaan Alessandro Volta: baterai listrik. Banyak orang melihatnya sebagai benda aneh. Davy melihatnya sebagai kunci.

Tahun 1807, ia menggunakan elektrolisis untuk mengisolasi unsur baru—kalium, magnesium, kalsium, barium, stronsium. Membaca catatan labnya dari masa ini seperti menyaksikan seseorang membuka ruang-ruang tersembunyi dalam bangunan materi. Ia bukan hanya menemukan unsur. Ia memberi nama bagi bagian-bagian dunia yang belum pernah diberi nama.

Ahli Kimia yang Menulis Puisi: Ketika Ilmu Bermimpi

Kamu mungkin membayangkan ilmuwan seperti Davy menulis dengan gaya yang kaku dan teknis. Tapi justru sebaliknya: catatan Davy dipenuhi puisi. Renungan liris tentang alam, waktu, cahaya, dan kematian. Puisinya mungkin tidak selalu bagus secara sastra, tapi jujur secara emosional.

Custom Order Notebook

Dalam satu buku catatan, kita menemukan eksperimen listrik berdampingan dengan refleksi filosofis tentang kesadaran. Dalam yang lain, diagram alat kimia berada di samping puisi tentang waktu geologi. Bagi Davy, berpikir bukan proses yang terkotak. Ia mengalir, merembes, berputar.

Apa kita bisa belajar dari itu? Mungkin. Di zaman di mana segalanya diukur dan dioptimalkan, Davy mengingatkan bahwa keingintahuan tak tunduk pada kategori. Ia hanya ingin diikuti.

Ilmu, Kekuasaan, dan Harga dari Pengakuan

Pengakuan datang cepat. Mungkin terlalu cepat. Tahun 1812, Davy dianugerahi gelar kebangsawanan. Tahun 1820, ia menjadi Presiden Royal Society, lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris. Tapi kekuasaan membawa gesekan.

Hubungannya dengan Michael Faraday—asisten jenius yang dulu ia angkat sendiri—memburuk. Davy menuduh Faraday tidak memberikan kredit yang layak pada penemuan orang lain. Ia bahkan menentang pencalonan Faraday sebagai anggota Royal Society. Hingga kini, orang masih memperdebatkan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah itu karena ego? Takut disingkirkan? Mungkin keduanya.

Yang menarik, ketegangan ini juga terlihat samar dalam buku catatan Davy. Bukan dari apa yang ia tulis, tapi dari apa yang ia hentikan. Nada tulisannya berubah. Kepercayaan dirinya goyah. Kamu bisa merasakan seseorang yang mencoba mempertahankan kejernihan di dunia yang semakin politis dan penuh persaingan.

Apa yang Diungkapkan (dan Disembunyikan) oleh Buku Catatannya

Berkat proyek transkripsi Zooniverse, banyak buku catatan Davy kini sedang dipecahkan, halaman demi halaman. Sebagian mengungkap kejeniusan. Sebagian lagi menunjukkan bias. Ia menulis secara blak-blakan tentang ras dan gender, kadang dengan stereotip yang mengejutkan. Dan itu pun penting. Bukan untuk dimaafkan, tapi untuk dihadapi. Karena mengingat masa lalu juga berarti mengakuinya secara utuh.

Ada keintiman aneh saat membaca buku catatan pribadi seseorang dari dua abad lalu. Kamu melihat apa yang mereka izinkan untuk dipercayai. Apa yang tak mereka pertanyakan. Apa yang mereka lingkari berulang kali.

Kenapa Ini Semua Penting?

Hari ini kita mengejar produktivitas. Kita mengukur sukses dengan angka. Tapi Davy mengingatkan bahwa penemuan seringkali lahir di margin yang mengembara, dalam draf yang terlupakan, dalam pengamatan yang ditulis di antara eksperimen dan mimpi.

Buku catatan tidak harus rapi. Ia hanya perlu jujur.

Itulah sebabnya kita masih membacanya. Bukan hanya untuk belajar kimia. Tapi untuk mengingat bahwa pikiran, ketika diberi pena dan ruang, masih bisa tersandung pada keajaiban.

Jelajahi tokoh-tokoh lain yang menulis dunia mereka sendiri dalam arsip kami: Famous Person's Journal. Jika kamu ingin membaca atau membantu mentranskripsi buku catatan Davy, kunjungi Lancaster Digital Collections.