Yasudahlah. Mungkin kelihatannya kaya pasrah. Seperti menyerah. Tapi sejujurnya, itu adalah kalimat paling jujur yang bisa keluar dari mulutku setelah semua ini. Website Hibrkraft rusak total. Plugin error. Tampilan hilang. Struktur berantakan. Dan aku? Duduk di depan layar dengan rasa marah bercampur lelah.
Pernah ga kamu merasa sudah berusaha keras tapi hasilnya malah sebaliknya? Aku nunggu anak tidur, mencuri waktu malam hari, menyisihkan jam-jam krusial di antara pekerjaan dan tanggung jawab sebagai direktur di dua perusahaan lain, semuanya untuk mengurus satu website yang seharusnya sudah jadi rumah bagi kisah-kisah Hibrkraft.
Tapi yang kudapatkan? Chaos. Theme yang merusak layout, lisensi plugin yang tidak sinkron, hosting yang tiba-tiba memblokir akses. Semuanya bikin pingin nutup laptop dan gapernah buka lagi. Persetan lah dengan semua itu.
Tapi saya tidak tutup. Saya buka lagi. Dan kuulang dari nol.
Mengapa Perubahan Ini Terjadi?
Gampang untuk bilang, “karena coding rusak”, “karena ini dan itu”. Mudah nyalahin orang lain. Tapi sebenarnya, bukan cuma sistem dan hal teknis yang bermasalah. Niatnya juga sudah terlalu lama autopilot terbang kesana kemari. Hibrkraft tumbuh sejak 2013. Kami menjual jurnal kulit, memperbaiki buku rusak, melayani ratusan pelanggan dengan cerita yang sangat personal (bahkan ada yang jadikan produk kami mas kawin). Tapi seiring waktu, aku sadar: perusahaan ini tidak lagi mencerminkan kami.
Kami terlihat rapi, tapi kehilangan jiwa. Kami update katalog, tapi lupa nulis cerita di aliknya. Kami bangun e-commerce, tapi lupa bahwa Hibrkraft bukan sekadar toko, atau dagangan, atau produk. Ini adalah rumah bagi kenangan, sejarah, dan proses.
Dan ketika semuanya rusak secara teknis, aku gamau bohong. Gabisa juga. Rasanya kaya dunia memberiku izin untuk membongkar semuanya dan mulai ulang. Atau lebih tepatnya….memaksa. Hehe
Apa yang Sebenarnya Hancur?
Satu kata: harapan.
Harapan bahwa saya bisa mencicil perbaikan website ini pelan-pelan sambil mengurus perusahaan lain. Harapan bahwa saya cukup punya waktu. Harapan bahwa sistem digital bisa diandalkan. Tapi seperti banyak hal dalam hidup, kenyataan lebih rumit dari yang kita bayangkan.
Frustasi? Jelas. Kesel. Marah. Pingin ngamuk. Tapi aku juga sadar kalau ini kesempatan langka.
Pernah kamu diberi kesempatan untuk reset? Nah ini akhirnya terpaksa didaratkan ke Hibrkraft. Ga cuma soal desain, tapi filosofi, konten, dan…ruhnya?
Itulah yang kulakukan sekarang. Bukan sekadar membenahi tema. Tapi menyusun ulang seluruh peringkilan Hibrkraft.
Hibrkraft Tidak Lagi Sekadar Brand
Kamu mungkin berpikir, “Memangnya kenapa? Kan cuma jurnal.”
Tepat. Dan itu justru istimewanya.
Aku mulai journaling sejak umur lima tahun. Ada lebih dari 40 buku yang pernah kutulisi. Masing-masing punya kisahnya sendiri. Coretan ga rapi. Tinta yang meleber. Banyak halaman bolong bahkan terbakar api unggun waktu kemping. Ada halaman yang kena noda darah habis kecelakaan di daerah Kelapa Dua. Tapi semua itu menyelamatkanku dari kekacauan hidup. Dan aku yakin, aku bukan satu-satunya yang ngalami hal itu.
Banyak orang menulis bukan untuk dibaca orang lain, tapi untuk tetap waras. Untuk menyusun pikiran yang kusut. Untuk merasionalisasi hal-hal yang tidak bisa diceritakan kepada siapa pun. Jurnal bukan sekadar buku. Ia adalah sahabat.
Dan Hibrkraft hadir untuk itu. Untuk jadi pengingat bahwa kamu berhak punya ruang yang sunyi. Ruang yang kamu miliki sepenuhnya. Tanpa algoritma. Tanpa notifikasi. Hanya kamu dan pikiranmu.
The will to win, the desire to succeed… personal excellence.
Rebuild Ini Bukan Desain Ulang, Tapi Visi Ulang
Website baru ini kedepannya punya beberapa wajah baru:
Webbook 200+ halaman yang membahas “Agenda Custom”, “Notebook Handmade”, “Reparasi Buku Antik”, dan “Sejarah Jurnal di Indonesia”
Versi bilingual untuk menjangkau audiens internasional yang tertarik pada kerajinan tangan dari Indonesia
Blog baru yang lebih personal, reflektif, dan manusiawi
Internal linking yang bukan hanya untuk SEO, tapi untuk menciptakan ekosistem cerita
Tapi yang paling penting… Web ini sekarang mencerminkan siapa kami sebenarnya. Kami ga sempurna. Tapi kami jujur.
Kalau Kamu Pernah Merasa Kacau, Kamu Tidak Sendirian
Aku tau rasanya. Dunia berisik. Semua serba cepat. Semua serba instan. Tapi banyak hal ga bisa dipaksa seperti itu.
Indonesia punya kecenderungan aneh, semua mau cepat. Mau langsung viral. Mau langsung kaya. Mau langsung selesai. Kerja sedikit hasil sebukit. Itu semua anomali kalau istilahnya si Randi. Yang bertahan seringkali bukan yang kaya gitu.
Hibrkraft adalah bentuk perlawanan terhadap itu. Kami ga jual yang cepat cepat. Kami ga pingin viral. Kami ingin kamu pelan-pelan membuka jurnalmu, dan menemukan sesuatu yang kamu tidak tahu kamu butuhkan.
Kita ga perlu kisah cinta ala Rama-Sinta, penuh pengorbanan dan tragedi. Kita butuh cinta yang biasa tapi setia. Seperti Jaya dan Ratih. Ga spektakuler, tapi nyaman, cukup, dan bisa didekap seumur hidup.
Dan jurnalmu bisa menjadi tempat cinta itu hidup. Diam, ga berisik, ga bacot, tapi ada.
Kami Menyusun Kembali Bukan Karena Harus, Tapi Karena Ingin
Semua ini ga murah. Ga mudah. Ga bakal cepat.
Tapi aku pingin kembali. Bukan hanya karena website rusak. Tapi karena aku sadar, ini kesempatan untuk menyusun ulang cara Hibrkraft berbicara dengan manusia. Ga lagi cuma jualan. Tapi hadir sebagai teman.
Kami akan menulis lebih banyak cerita. Kami akan mengangkat kisah nyata dari pelanggan. Kami akan membagikan proses di balik layar pembuatan jurnal. Kami akan membuka ruang untuk kamu bercerita juga.
Karena website ini nantinya bukan lagi etalase. Tapi juga ruang tamu. Tempat kita duduk bareng, ngobrol, dan berbagi.
Kalau Website Ini Punya Wujud Fisik…
…ia akan berbau sandalwood. Bukan parfum. Bukan aroma marketing. Tapi sesuatu yang menenangkan. Yang akrab dengan rumah, kayu, dan sore hari.
Teksturnya kasar, tapi rapi. Seperti kulit yang dijahit tangan. Ga halus seperti mesin, tapi terasa hidup.
Dan kalau dia punya suara, mungkin seperti lagu Now We Are Free dari Hans Zimmer. Sunyi, luas, dan dalam.
Itulah Hibrkraft versi baru. Lebih lurus. Lebih tegas. Lebih dalam.
Penutup: Terima Kasih Sudah Datang Lagi
Aku ga tau siapa kamu. Tapi kalau kamu membaca sampai sejauh ini, mungkin kamu juga sedang membangun ulang sesuatu dalam hidupmu.
Mungkin itu bisnis. Mungkin relasi. Mungkin dirimu sendiri.
Apapun itu, aku mau bilang: hidup terus berjalan. Bumi masih berputar. Kadang kita ga perlu pencapaian luar biasa. Kadang kita hanya perlu sesuatu yang tenang. Sesuatu yang sederhana. Sesuatu yang bisa kita peluk saat semua terasa terlalu ramai.
Dan kalau kamu butuh tempat untuk mulai, mulailah dengan jurnal.
Mulailah dengan satu halaman kosong. Karena dari sanalah semua bisa tumbuh kembali. Lebih baik.
Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.