Wawancara oleh tim Hibrkraft, ditranskrip dan disunting untuk kejelasan
Hibrkraft: Bu Sinta, terima kasih sudah bersedia berbagi kisah ini. Bisa diceritakan bagaimana awalnya buku ini rusak?
Sinta: Ini buku yang sangat berarti untuk anak saya, Raka. Baby’s First Bedtime Songs. Buku itu bukan sekadar benda bacaan. Itu bagian dari rutinitas tidur, bagian dari momen tenang sebelum hari berakhir. Tiap malam kami pencet tombol suaranya bareng-bareng, lalu saya bacakan ceritanya sampai dia tertidur.
Waktu itu, buku ini sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Ujung-ujung kertasnya mengelupas, lemnya mulai lepas. Tapi saya masih pikir: “Nggak apa-apa, masih bisa.” Sampai satu hari, Raka menjatuhkannya, dan robekannya besar. Bagian dalamnya terkoyak, bahkan punggung bukunya nyaris copot. Saya lihat dia cuma menatap diam. Lalu dengan suara pelan dia bilang, “Ayam dan dombanya nggak bisa nyanyi lagi, Bu.” Itu bukan cuma kesedihan anak kecil. Itu kehilangan.
Hibrkraft: Bagaimana reaksi Ibu setelah itu?
Sinta: Saya kaget sendiri betapa hancurnya hati saya. Saya tahu, saya bisa saja beli buku baru. Tapi bukan itu yang dia rindukan. Dia nggak ingin cerita yang sama dalam versi lain. Dia ingin buku itu. Yang sudah bertahun-tahun menemaninya. Yang punya bekas lipatan di halaman lagu favoritnya. Yang pernah ketumpahan susu di malam hujan. Buku itu, dengan semua cacat dan bekasnya, adalah milik dia.
“Bukunya nggak sedih lagi ya, Bu?”
Bukan Hanya Buku yang Kembali, Tapi Rasa Aman Seorang Anak
Tim Hibrkraft memahami bahwa yang mereka tangani bukan sekadar kerusakan fisik, melainkan emosi dan kenangan masa kecil yang melekat pada setiap halaman buku. Robekan di halaman, tombol suara yang tak lagi berbunyi, bahkan noda krayon dan susu di beberapa sudut bukan sekadar cacat, tapi jejak cinta dan rutinitas.
Ketika kami menerima buku Baby’s First Bedtime Songs dari Ibu Sinta, kami tahu ini bukan hanya soal memperbaiki kertas. Ini tentang mengembalikan bagian dari dunia aman seorang anak. Buku ini telah menjadi pengantar tidur, sumber kehangatan, dan simbol keterikatan yang dalam antara ibu dan anak.
Buku yang Hampir Hilang, dan Emosi yang Tak Tergantikan
Setiap lipatan, coretan, hingga tumpahan susu di buku tersebut menyimpan nilai emosional yang tak tergantikan. Bahkan jika tersedia versi baru dari buku itu, tidak ada yang bisa menggantikan versi yang sudah dikenalnya. Halaman yang diwarnai dengan krayon, lipatan yang mengarah ke lagu favorit, semuanya adalah bagian dari sejarah kecil yang bermakna besar.
Dalam dunia yang cenderung cepat mengganti sesuatu yang rusak, kisah ini menjadi pengingat penting bahwa beberapa benda layak untuk diperjuangkan. Karena kenangan dan perasaan tidak bisa dibeli kembali.
Yang Robek Bukan Hanya Halaman
Buku cerita bukan hanya media baca, tapi juga objek attachment anak. Ketika rusak, rasa aman ikut menghilang. Anak-anak, terutama di usia dini, sering menjadikan benda tertentu sebagai sumber kenyamanan. Buku adalah salah satunya. Ini adalah bagian dari dunia mereka yang stabil dan penuh pengulangan menyenangkan.
Menurut Library of Congress, buku anak memerlukan perlakuan konservasi khusus karena mereka tidak hanya digunakan sebagai media belajar tetapi juga sebagai objek transisi emosional. Dalam konteks ini, memperbaiki buku adalah memperbaiki bagian dari dunia batin seorang anak.
Reparasi sebagai Tindakan Kasih
Dengan bahan konservasi seperti lem bebas asam dan kertas restorasi netral, tim Hibrkraft tidak hanya mengembalikan bentuk, tapi juga jiwa buku tersebut. Kami berhati-hati untuk mempertahankan karakter asli buku, tidak menghapus coretan Raka, dan tidak menyamarkan bekas sentuhan yang sudah lama ada di sana.
Proses ini memakan waktu, ketelitian, dan rasa hormat yang besar terhadap kenangan yang tertanam di setiap halaman. Karena bagi kami, reparasi bukan soal menjadikan kembali “seperti baru” tetapi menjadikan kembali “seperti dulu.”
Bukan Sekadar Mengembalikan Buku, Tapi Ikatan
Efek psikologis dari reparasi buku anak terasa kuat ketika Raka memeluk bukunya dan tahu: ia sudah “sembuh.” Ia tidak hanya melihat buku yang diperbaiki, tapi mengenali teman lamanya yang kembali. Anak-anak memahami emosi lebih dalam dari yang kita kira, dan momen itu adalah bukti kuatnya ikatan emosional dengan buku kesayangan.
Memperbaiki buku adalah memperbaiki hubungan: antara anak dan dunia fantasinya, antara orang tua dan kenangan pengantar tidur, antara masa lalu dan harapan akan masa depan yang tetap hangat.

Hadiah Paling Pribadi: Memperbaiki, Bukan Mengganti
Dari pengalaman ini, Ibu Sinta mengajak orang tua dan guru untuk mempertimbangkan reparasi sebagai bentuk hadiah penuh cinta. Kita sering kali berpikir bahwa yang terbaik adalah yang baru. Tapi kenyataannya, benda lama yang dipulihkan dengan niat dan kasih bisa menjadi hadiah paling bermakna.
Sebagaimana dalam artikel Reparasi Buku untuk Guru – Hadiah Penuh Arti, memperbaiki buku lama guru yang telah menemani banyak generasi, atau buku anak yang telah menjadi bagian rutinitas, adalah bentuk penghargaan yang sangat dalam. Karena hadiah terbaik adalah yang menyentuh hati.
Panduan Singkat Merawat Buku Anak
- Simpan buku di tempat sejuk dan kering
- Gunakan rak yang ramah anak
- Bersihkan dengan kain kering, hindari tisu basah
- Gunakan sampul plastik ringan
- Libatkan anak dalam merawat buku
Tips ini tidak hanya menjaga keawetan buku, tapi juga menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab pada anak sejak dini.
Penutup – Yang Kembali Lebih dari Sekadar Buku
Kisah ini mengajarkan kita bahwa yang layak diselamatkan bukan hanya buku, tapi kenangan di dalamnya. Dan di tangan yang tepat, semuanya bisa kembali utuh. Jangan buru-buru membuang atau mengganti. Kadang, yang anak-anak butuhkan bukan benda baru, tapi versi lama yang mereka kenal dan cintai.
Kami di Hibrkraft percaya bahwa memperbaiki adalah tindakan cinta. Karena dalam setiap reparasi, ada harapan, ada kenangan, dan ada hubungan yang kembali dikuatkan.






