Bukan Untuk Terlihat Baik
Tapi untuk memperjelas—yang sebetulnya sudah cukup jelas kalau kita sering berinteraksi.
Ada masa—tiga tahun lamanya—di mana kami mengorbankan prinsip demi bertahan hidup. Kami mencoba menyesuaikan, terus-menerus.
Dan meskipun rasanya banyak, tetap saja tidak pernah cukup.
Nilai-nilai ini bukan sekadar pilihan. Ini adalah hal yang tidak bisa kami buang, bahkan kalau kami ingin.
Kalau kami melanggarnya, rasanya seperti melukai perasaan sendiri.
1. Ketidaksempurnaan Adalah Apa Yang Menjadikan Kita Manusia.
Sebelum tangan mulai menjahit, harus ada hening dulu. Itu bukan jeda teknis—itu ritual. Itu penanda bahwa ini bukan produksi massal. Hening itu adalah bentuk hormat pada apa yang akan kami ciptakan, seolah setiap halaman, setiap lipatan, harus diberkati dulu oleh kehadiran penuh.
Kami bisa menstandarkan ukuran. Bisa meniru metode. Tapi kami tidak bisa—dan tidak mau—menciptakan produk yang identik. Setiap batch punya perbedaan kecil. Setiap tekstur kulit, setiap jarak lubang, setiap lipatan membawa sedikit "keunikan" yang justru membuatnya hidup. Kami percaya, itulah yang menjadikan karya kami jujur—karena ia merekam suasana hati, cuaca, bahkan napas pengrajin di hari itu.
Namun, kami tidak pernah menjadikan "handmade" sebagai alasan untuk membuat produk asal-asalan. Bagi kami, ketidaksempurnaan bukan berarti ceroboh. Justru dari situlah kami belajar menjadi lebih tajam, lebih teliti, dan lebih hadir.
Karena menghormati manusia berarti juga menghormati kualitas yang layak untuk manusia lain.

2. Waktu Adalah Ruang. Bukan Target.
Kami tidak sekadar mengerjakan sesuatu—kami hadir di dalamnya. Karena kami percaya, pekerjaan terbaik lahir dari perhatian, bukan terburu-buru. Kecepatan tidak selalu menandakan kemajuan. Ia bisa jadi bentuk pelarian.
Kami punya ritme. Kadang lambat, kadang diam. Seperti mengetukkan cutter ke mat pemotong, berulang tanpa alasan yang bisa dijelaskan. Tapi ritme itu bukan gangguan—ia adalah cara tubuh menyetel batin. Seperti suara metronom bagi musisi.
Buat kami, waktu bukan musuh yang harus dikalahkan. Ia adalah ruang tempat ketelitian, ketulusan, dan kejelasan bisa tumbuh. Kami kelola waktu bukan agar jadi efisien, tapi agar hasilnya pantas untuk dikenang. tangan mulai menjahit, harus ada hening dulu. Itu bukan jeda teknis—itu ritual. Itu penanda bahwa ini bukan produksi massal. Hening itu adalah bentuk hormat pada apa yang akan kami ciptakan, seolah setiap halaman, setiap lipatan, harus diberkati dulu oleh kehadiran penuh.

3. Perbaikan Adalah Tanda Hormat.
Buku bukan hanya kertas yang dijilid. Ia menyimpan jejak. Ia membawa napas dari masa lalu—kadang dalam bentuk doa, kadang air mata, kadang tanda baca yang ditulis buru-buru. Maka ketika kami memperbaiki sesuatu, kami tidak sedang sekadar memperbaiki objek. Kami sedang merawat warisan batin seseorang.
Ada momen yang kami tidak lupakan: sebuah Quran tua, warisan dari ibu pelanggan. Lembut kertasnya, rapuh kulitnya. Tapi tangan kami gemetar bukan karena teknis, melainkan karena kami tahu: kesalahan kecil di sini bukan sekadar kerusakan—ia bisa menghapus kenangan. Maka kami bekerja dengan penuh hormat, seperti sedang menyulam kembali sejarah yang patah.
Memperbaiki adalah bentuk integritas. Ini bukan jasa tambahan. Ini bagian dari prinsip. Kami percaya: setiap benda yang kamu sayangi pantas diperpanjang hidupnya, bukan digantikan. Dan setiap jiwa yang kamu cintai, pantas diingat lewat benda yang tak diganti-ganti seenaknya.

4. Kenangan Adalah Cara Kita Untuk Kembali Hidup.
Manusia menulis bukan hanya untuk mengingat, tapi juga untuk hidup beberapa kali. Kami percaya: memori bukan sekadar kenangan. Ia adalah fragmen diri. Ia adalah bukti bahwa kita pernah hadir, pernah terluka, pernah bermimpi.
Di zaman di mana yang diingat hanya notifikasi dan algoritma, kami percaya menulis adalah bentuk perlawanan. Sebuah upaya mengingat hal-hal yang tidak bisa diduplikasi oleh mesin. Seperti... nama panggilan dari ibu, bau kertas yang disimpan puluhan tahun, atau rasa yang muncul tanpa alasan ketika membuka halaman pertama.
Satu catatan bisa jadi satu kehidupan baru. Bukan sekadar arsip, tapi jembatan. Ia tidak membawamu ke tempat tertentu. Ia membawamu ke rasa. Dan di situlah tulisan berubah: dari dokumentasi menjadi pengingat bahwa kamu pernah hidup. Benar-benar hidup.

…maka kita cocok.
Kami tidak cocok untuk mereka yang mencari solusi cepat atau sekadar murah. Kami cocok untuk mereka yang menghargai ketulusan. Yang mengerti bahwa hal-hal paling pribadi itu sakral.
Tanggal 25 April 2025, seseorang datang dengan 8 bodyguard, naik Maybach. Tapi ia membuka halaman kami seperti membuka hatinya sendiri. Nilai-nilai kami memanggil mereka yang bisa menyederhanakan hidup.
Bukan yang paling kaya. Tapi yang paling merasa.
Jika kamu merasa tenang membaca semua ini—mungkin ada alasan mengapa kamu sampai ke halaman ini. Dan kalau kamu merasa ingin menyumbang cerita, kami siap mendengarkan.