Tentang Travel Journal: Cara Pilih. Cara Beli. Cara Pakai.
Pelajari cara memilih, menulis, dan membeli travel journal yang tepat untuk menyimpan kenangan perjalananmu—dari awal hingga pulang.
Home » Note Taking Method  »  Manfaat  »  Lifestyle  »  Tentang Travel Journal: Cara Pilih. Cara Beli. Cara Pakai.

FYI. Kami jualan travel journal. “Travel journal” adalah catatan pribadi yang kamu buat selama perjalanan—bisa berupa tulisan tangan, foto, sketsa, atau bahkan tempelan tiket. Banyak orang membuat travel journal bukan sekadar mencatat rute dan tempat, tapi untuk menangkap emosi, kejadian kecil, dan momen-momen yang mungkin tak sempat difoto. Dengan travel journal, kamu tak hanya mengingat ke mana kamu pergi, tapi juga kenapa kamu pergi, bagaimana rasanya berada di sana, dan siapa yang bersamamu. Cara menulisnya bebas: bisa dimulai dari harapan sebelum berangkat, dilanjutkan dengan catatan harian, refleksi, atau cerita-cerita setelah pulang. Beda dengan diary biasa, travel journal biasanya punya struktur yang lebih fleksibel dan fokus pada perjalanan fisik maupun emosional. Kalau kamu mau mulai, kamu bisa langsung beli travel journal fisik buatan tangan di Hibrkraft, yang cocok untuk yang ingin merasakan sensasi menulis sungguhan—dengan kertas yang menyerap tinta, bukan sekadar layar.

Mengapa Menulis Saat Bepergian?

Perjalanan adalah sesuatu yang cepat berlalu. Bahkan momen-momen yang terasa begitu penuh—seperti menyusuri pasar malam di kota asing atau duduk diam menatap laut dari balkon penginapan—seringkali larut, menghilang, atau tergantikan. Tapi rasa itu, getaran dalam tubuh saat melihat sesuatu untuk pertama kalinya, bisa bertahan lebih lama. Dan menulis adalah cara paling manusiawi untuk menahan rasa itu sedikit lebih lama.

Travel journal bukan sekadar catatan. Ia adalah ruang. Tempat kamu menyimpan momen yang tak bisa difoto. Ia menampung detail kecil: bau kayu di penginapan, suara anak kecil di stasiun, atau percakapan yang tak kamu pahami tapi kamu rekam dalam irama. Di halaman-halaman itu, kamu memproses pengalaman, bukan sekadar mendokumentasikannya. Menulis membuatmu hadir. Kamu tidak hanya bergerak secara fisik, tapi juga secara batin.

Dan ketika kamu membaca ulang catatan itu di masa depan, kamu bukan hanya mengingat, tapi kembali merasakannya.

Apa Itu Travel Journal, dan Apa Bedanya dengan Diary?

Travel Journal Notes Hibrkraft

Travel journal adalah jurnal yang tematik—berisi pengalaman perjalanan. Tapi lebih dari itu, ia adalah cara untuk mengikat kembali emosi dan konteks dari setiap tempat yang kamu singgahi. Isinya bisa apa saja: daftar tempat, rute, percakapan, refleksi, bahkan sketsa atau tiket yang kamu tempel. Travel journal membantu kamu memahami apa yang sedang kamu alami, bukan hanya mencatatnya.

Berbeda dengan diary harian yang lebih berpusat pada narasi internal dan rutinitas, travel journal punya struktur yang lebih terbuka. Ia bergerak mengikuti ritme perjalanan: kadang harian, kadang lompat-lompat, kadang hanya satu kalimat untuk satu kota. Konteksnya pun berbeda. Diary mencatat kehidupan; travel journal menangkap transformasi yang terjadi saat kamu keluar dari kehidupanmu yang biasa.

Cara Memilih Travel Journal yang Tepat

Sebelum kamu mulai menulis, penting untuk memilih media yang tepat. Travel journal bisa berbentuk fisik—buku catatan kulit, kertas handmade, atau jurnal saku—atau digital, seperti mengetik di laptop atau tablet. Versi fisik memberikan rasa keterhubungan: tanganmu menyentuh kertas, tintamu menempel, halamanmu menua bersama waktu. Tapi versi digital memberikan fleksibilitas, terutama jika kamu banyak berpindah atau ingin menulis sambil jalan.

Gaya menulismu juga penting. Apakah kamu tipe visual yang suka menggambar atau menempel potongan tiket? Atau kamu lebih suka tulisan panjang dan reflektif? Pilih jurnal yang memfasilitasi gaya itu. Untuk yang spontan dan bebas, kertas kosong cocok. Untuk yang rapi dan terstruktur, garis halus atau bullet mungkin lebih pas.

Perhatikan juga hal teknis: ukuran (mudah dibawa atau tidak), jenis kertas (apakah tahan tinta, bisa untuk cat air, dsb.), dan jenis penjilidan (mudah dibuka, tidak mudah rusak). Jurnal bukan sekadar benda—ia akan menjadi teman perjalananmu.

BTW. Jika kamu berencana mengunjungi Bogor, ada baiknya mencari referensi dari pengalaman wisatawan lain untuk memahami suasana kotanya lebih dalam. Cek di KAYAK, banyak rekomendasi seru loh. Yes. Hibrkraft featured @ KAYAK loh...

Featuredonkayak Dark

Cara Menulis Travel Journal yang Bermakna

Menjaga Kenangan Menjaga Memori

Tak perlu menunggu niat sempurna. Jangan tunggu sampai kamu merasa tulisanmu layak. Justru halaman-halaman yang jujur, spontan, dan tidak disusun rapi sering kali paling hidup saat dibaca kembali. Tulis apa yang terasa, bukan apa yang harus.

Sebelum berangkat, kamu bisa mulai dengan menulis harapan: apa yang kamu ingin temukan? Apa yang kamu takutkan? Siapa yang kamu pikirkan? Bahkan daftar sederhana seperti "hal yang ingin kulakukan" atau "makanan yang harus kucoba" sudah bisa menjadi awal yang kuat.

Saat perjalanan, catat yang kecil-kecil: dialog aneh di warung, pelayan hotel yang lucu, percakapan dalam bahasa asing yang tak kamu pahami tapi tetap kamu ingat. Catat kelelahanmu, kekagumanmu, dan kebingunganmu. Tulis dalam potongan, bukan narasi panjang.

Setelah pulang, luangkan waktu untuk menulis ulang atau menyusun ulang. Tambahkan catatan reflektif. Apa yang berubah dalam dirimu? Apa yang ingin kamu ingat sepuluh tahun lagi? Kadang, satu perjalanan bisa mengajarkan lebih banyak daripada setahun penuh hidup rutin.

Cara Pakai Travel Journal Sebelum, Saat, dan Sesudah Liburan

Sebelum berangkat, travel journal bisa menjadi perencana pribadi. Tulis daftar tempat yang ingin dikunjungi, informasi penginapan, nomor penerbangan, bahkan daftar belanja. Tapi sisakan ruang untuk motivasi pribadi: kenapa kamu melakukan perjalanan ini? Apa yang kamu cari?

Saat perjalanan, jadikan jurnal sebagai tempat koleksi spontan: tiket kereta, stiker lucu, peta kecil, hingga kutipan dari orang lokal. Gunakan halaman kosong untuk menggambar suasana pasar atau membuat daftar makanan terenak yang kamu coba. Biarkan jurnalmu berantakan—itu tanda bahwa kamu benar-benar menjalaninya.

Setelah kembali, jangan tutup jurnal itu. Gunakan untuk menulis insight, membuat peta kenangan, atau bahkan surat untuk dirimu sendiri di masa depan. Ini bukan hanya dokumentasi—ini percakapan antara kamu dan versi dirimu yang sedang berubah.

Cara Membeli atau Membuat Travel Journal

Banyak orang memilih travel journal berbahan kulit—bukan hanya karena estetika, tapi karena daya tahannya. Buku seperti ini bisa bertahan bertahun-tahun, menjadi arsip hidup yang menua bersamamu. Kulit yang tergores, kertas yang menguning—semua itu bagian dari cerita.

Tapi kalau kamu tipe DIY, kamu bisa merakit sendiri: tali, kertas bekas, sampul dari kardus. Kadang jurnal yang kamu buat sendiri terasa lebih intim karena setiap bagian punya niat. Bahkan kesederhanaannya bisa jadi kekuatan.

Kalau kamu terbiasa menulis digital, pertimbangkan mencetak ulang catatan digitalmu ke bentuk fisik setelah pulang. Banyak tempat print lokal yang bisa bantu menyusun jadi buku. Rasanya beda ketika kamu membalik halaman fisik yang berisi kisahmu sendiri.

Dan jika kamu ingin sesuatu yang siap pakai, tapi tetap personal, pilihlah travel journal yang dibuat dengan tangan—seperti yang bisa kamu temukan dari pembuat lokal yang merawat detail dan bahan. Bukan sekadar beli buku, tapi memilih wadah untuk menyimpan versi dirimu yang sedang tumbuh.

Beli via Whatsapp
Beli via Tokopedia

Membagikan Cerita dari Travel Journalmu

Tidak semua yang kamu tulis harus dibagikan. Tapi jika kamu merasa sudah siap, ada keindahan dalam mengubah catatan pribadi menjadi cerita publik. Bukan untuk pamer, bukan untuk validasi. Tapi karena mungkin, ada orang lain di luar sana yang sedang merasa persis seperti kamu saat duduk di tepi danau itu—dan tulisanmu bisa menemani.

Kamu bisa menata ulang isi jurnalmu menjadi blog pribadi, artikel perjalanan, zine cetak, atau bahkan foto essay. Pilih medium yang paling mencerminkan jiwamu. Potong, susun ulang, beri narasi, dan temukan benang merah dari catatanmu yang semula acak. Terkadang justru di situlah kamu mengenal perjalananmu lebih dalam.

Dan kalau kamu ragu—takut terlalu terbuka, takut disalahpahami—ingat bahwa membagikan bukan berarti membuka luka. Kadang justru dengan berbagi, luka itu tahu bahwa ia tidak sendirian. Menulis bukan hanya menyembuhkanmu, tapi bisa menjadi jembatan bagi yang lain.

19554250 10213576241263978 6521096471918563706 N

Penutup: Yang Kita Ingat Bukan Tempatnya, Tapi Rasanya

Tulis yang kamu rasa. Bukan yang kamu pikir orang ingin baca. Karena pada akhirnya, bukan tentang ke mana kamu pergi, tapi tentang apa yang berubah dalam dirimu setelahnya.

Kamu tak perlu menunggu perjalanan sempurna atau momen besar. Mulailah dari satu langkah kecil, satu potong rasa, satu halaman kosong. Dan biarkan satu buku kecil itu menjadi saksi hidupmu yang sedang bergerak, yang akan menua bersamamu, satu halaman pada satu waktu.