[vc_row][vc_column][vc_column_text]Eksperimen membuat folding knife ini dilakukan oleh Founder Hibrkraft, Ibrahim Anwar pada tahun 2016.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Abstrak.
Folding Knife adalah pisau untuk melipat bagian tertentu pada proses kerajinan kulit di bagian yang sulit dijangkau dengan tangan. Di tahun 2016, Hibrkraft membuat sendiri folding knife ini berbekal peralatan dan bahan yang tersedia di sekitar workshop pertama Hibrkraft di Bojonggede.
Pendahuluan.
Urgensi.
Hibrkraft, mulai bersentuhan dengan produk kulit di tahun 2013. Hingga bulan Maret 2016, Hibrkraft masih menggunakan jenis kulit nabati yang tebal dan kaku, yang mana lebih cocok untuk dijadikan pelana kuda. Pun demikian, Hibrkraft melahirkan beberapa seri jurnal dengan memanfaatkan kulit nabati yang tebal dan kaku tersebut seperti Montagna, Varus, dan Statu.
Di akhir Maret 2016, Hibrkraft mulai berpartner dengan berbagai vendor dan supplier di seantero Indonesia dan akhirnya memutuskan untuk menggunakan berbagai jenis kulit lain. Pilihan dijatuhkan kepada jenis kulit Pull Up Leather.
Jenis kulit ini relatif lentur, tapi membutuhkan effort yang cukup besar untuk menekuk bagian tepi kulit tersebut. Hingga akhirnya kami memutuskan bahwa folding knife dibutuhkan untuk membuat hasil lipatan yang lebih rapi dan berkualitas.
Tempat dan Waktu Eksperimen.
Eksperimen dilakukan tanggal 30 April 2016 di workshop lama Hibrkraft, di Kp. Parakan Jati RT 02/RW03 No 08, Ds Susukan, Kec Bojonggede, Kab. Bogor jam 10.00 WIB-16.00 WIB.
Material dan Bahan.
Material dan bahan yang digunakan dalam pembuatan folding knife ini didapatkan di sekitar workshop Hibrkraft di hari yang sama dengan eksperimen.
Material:
- Besi Behel 8mm
- Tali rajut 1mm
Bahan:
- 100 gram Gula pasir
- 2 karung arang kelapa
- Oli mobil bekas
Alat:
- Martil
- Kipas angin
- Gelas
- Container oli
Prosedur.
Proses tempa dilakukan dengan memanaskan besi behel di dalam tungku berisi arang yang dinyalakan hingga membara. Angin terus ditiupkan ke dalam tungku untuk membantu supplai oksigen sehingga meningkatkan suhu rata-rata di dalam tungku.
Pemanasan dilakukan hingga besi behel memiliki warna oranye terang sehingga mudah dibentuk. Pemanasan sendiri memakan waktu hingga 15 menit untuk menjadikan besi kembali membara. Setelah besi panas membara, proses pembentukan dilakukan dengan menggunakan martil di atas batu. Sayangnya, batu yang digunakan tidak dapat menahan hantaman dari proses pembentukan sehingga terpecah menjadi dua. Akhirnya kami menggunakan besi plat 12mm sebagai alas tempa.
Setelah proses pembentukan dilakukan, sebelum dipanaskan kembali, besi behel ditreatment dengan teknik carburizing. Yaitu memasukkan unsur karbon ke besi dengan tujuan menjadikan besi lebih keras. Proses carburizing ini dilakukan dengan menyelupkan besi yang dibentuk dan masih berwarna merah ke dalam wadah berisi gula pasir sampai warna besi kembali menghitam.
Semua langkah di atas diulang beberapa kali sampai besi menjadi bentuk yang dikehendaki. Proses terakhir adalah mencelupkan besi yang sudah dibentuk ke dalam wadah berisi oli bekas saat besi masih membara untuk membuat besi menjadi lebih awet dan tahan karat.[/vc_column_text][vc_single_image image=”1960″ img_size=”full” add_caption=”yes”][vc_column_text]
Hasil Eksperimen.
Hasil akhir folding knife yang kami buat dapat dilihat di gambar dibawah.
Folding knife ini bertahan hingga saat ini meski sudah beralih fungsi menjadi glue applicator.[/vc_column_text][vc_single_image image=”1959″ img_size=”full” add_caption=”yes”][/vc_column][/vc_row]