Pengulangan mempengaruhi pemikiran kita ?
Pengulangan mempengaruhi pemikiran kita ? Ketika kamu melihat odol, apa yang kamu pikirkan? Pasti langsung teringat beberapa brand-brand besar seperti Pepsodent, Ciptadent, dan beragam brand lainnya. Tapi tahukah kamu, jika Odol sebenarnya adalah sebuah nama brand pasta gigi asal jerman yang dibawa tentara belanda. Brand ini begitu sering ditampilkan diberbagai media secara berulang-ulang sehingga terciptalah sebuah perkataan “De, beliin mama odol di warung”
Sesuatu yang diulang secara sering bisa menciptakan sebuah tempat tersendiri di bagian otak, baik dalam informasi maupun kehidupan. Sesuatu yang berulang di kehidupan bisa disebut sebagai rutinitas dan termasuk suatu hal yang baik. Sementara dalam informasi, hal ini bisa berarti baik dan buruk. Salah satu sisi baiknya adalah di mana dengan adanya pengulangan informasi, kita bisa mengetahui lebih jelas tentang informasi tersebut.
Namun ada hal buruk juga yang bisa tercipta akibat pengulangan. Joseph Goebbels, mantan kanselir german pada tahun 1977 pernah berkata “Ulangilah kebohongan sesering mungkin maka dia akan menjadi kebenaran”. Teori ini dibahas dalam psikologi yang dikenal sebagai Efek Ilusi Kebenaran.
Propaganda dalam politik
Memasuki era digital, hal seperti propaganda sudah mulai jarang terjadi dan cenderung kurang efektif karena pada dasarnya setiap orang memiliki hak yang sama untuk mengecek informasi. Namun tak bisa dipungkiri keberadaan propaganda masih terjadi di dunia. Sebagai contohnya di Korea Utara, mereka tak memiliki akses untuk kebebasan informasi, sehingga informasi berulang yang disuntikan pemerintah ke masyarakat menjadikannya sebuah kebenaran yang mereka percayai.
Keberadaan Misinformasi dan Hoax di media digital
Hal yang perlu menjadi perhatian kita di era digital ini adalah informasi itu sendiri. Meski tak sebesar pengaruh propaganda yang berhubungan dengan politik. Namun hal-hal seperti misinformasi atau hoax masih menjadi sebuah kendala dikarenakan kemudahan informasi tersebut. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jonas De Keermaecker di universitas Ghent menemukan kalau kemungkinan kita terkena hoax ini tidak terpengaruh dengan tingkat kecerdasan kognitif. Sehingga tak peduli seberapa pintar orang tersebut, kemungkinan untuk terkena hoax sama seperti orang yang memiliki kecerdasan rendah.
Terima kasih sudah membaca artikel kami yaitu “Pengulangan mempengaruhi pemikiran kita” . Menarik bukan! Suka dengan pembahasan seperti ini? Kamu bisa baca artikel lainnya hanya di Hibrkraft. Jangan lupa untuk follow instagram kami untuk dapatkan info ter-update dari kami. Tertarik dengan jurnal kami? Checkout sekarang, atau bisa juga lewat Tokopedia kami di sini.